"cesi"
negeri ini telah lama dilanda kemarau penghianatan, sehingga ikut mengering rasa kepercayaan. ini semua perbuatan si tangan hitam dari pemimpin dan para elit yang dzolim. semuanya telah tampak resah, hanya bisa berdoa akan turun hujan keadilan yang merata.
dampaknya sangat perih dipandang mata, sangat lelah diterima tubuh, sangat keras diterima telinga, dan sangat tajam di terima hati.
kasihan sekali ibu pertiwi, belum selesai sembuh luka di hati, kini harus merasakan gersangnya kekacauan. ditambah lagi kabut kekejaman yang memerihkan.
huru-hara orang-orang sibuk memadamkan kebakaran hati, sehingga ikut menghangus rasa kepercayaan. banyak sekali wajah yang gosong, akibat ulah mereka yang bertopeng, sungguh kejam. dimana-mana orang-orang menceritakan kepedihan satu sama lain, dan mereka asyik-asyik dengan gelimag kemewahan. sana-sini orang-orang menderita kelaparan, lagi-lagi mereka berpesta pora dengan gembira. sebenarnya kemarau penghianatan ini bisa di hentikan, tapi hal ini sulit. bagaimana tidak, pemimpin justru tidak terima jika kesenangannya di usik. dan para elit-elit akan makin menggila, bila aliran berliannya di bendung di pertengahan. sangat sulit sekali.
kekacauan diberbagai penjuru, bentrok sana sini, semua di biang oleh mereka. tak habis pikir, begitu tega mereka melihat orang-orang menderita. mereka tidak tahu sakitnya luka daging yang disertai luka nya hati, pedihnya berganda, dua kali lipat.
mereka semua tak ambil pusing, malah santai sambil nonton tv, di temani secangkir kopi hangat yang di hasilkan oleh jerih orang lain. tetap acuh dengan bising kekacauan, tepat di balik daun telinganya, seolah tidak tau. aneh bin ajaib.
jujur saja kami tidak ikhlas atas kemarau ini, memang kami tidak bisa membalas tapi tuhan maha pengasih akan membalasnya, tunggu saja. doa kami pasti akan di dengar, jangan merintih jika tuhan membalas.
demikian...
***eh, jangan keburu baper ya. gak baik untuk kesehatan otak.
*RICO
**sekedar fiksi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar